Selasa, 31 Maret 2015

Keep Calm and Love Vintages

 Hello blogger, surely you already know what it vintages. Vintages identical with ancient times or old school. And I really fell in love with the vintages style, but I don't know why heheee......



vintage cameras



They are look so fabulous with the vintages style <3 <3



Senin, 23 Maret 2015

Throwback Lembongan Island

Saya akan meceritakan pengalaman ng-trip di Nusa Lembongan, sebenarnya sih ng-tripnya udah lama banget sekitar bulan September 2013 lalu, tapi sayang klo ga di share hahaa.... Btw, saya adalah penganut backpakers, kenapa backpakers ? karena menurut saya backpakers itu ga ribet hehee....oke langsung aja....
Saya berangkat dari pantai Sanur menuju Lembongan pada hari sabtu pagi dengan menggunakan fast boat, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit untuk menyeberang lautan, akhirnya saya sampai di Pulau Nusa Lembongan. Sedikit informasi bagi yang belum tau tentang Nusa Lembongan yaa, jadi Nusa Lembongan ini  adalah sebuah pulau kecil yang ada di Nusa Penida, selain Nusa Lembongan juga ada pulau yang lebih kecil lagi yaitu Nusa Ceningan. Jadi Nusa Lembongan itu merupakan bagian dari Nusa Penida, Nusa Penida ada di Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten Klungkung ada di Pulau Bali.
Akhirnya sampai di Nusa Lembongan, jelas senang banget dongg...tapi sayang ternyata saya salah pelabuhan, seharusnya saya turun di pelabuhan yang ada di Desa Jungut Batu bukan di pelabuhan desa Lembongan, karena sebelumnya saya sudah booking villa di Jungut Batu. Jadi saya harus segera menuju ke desa Jungut Batu, saya putuskan untuk mencari pangkalan ojek...tapi emang lagi sial kali yaa, ternyata pada hari itu jalanan menuju Desa Jungut Batu sedang ditutup karena ada Upacara Pengabenan jadi kendaraan tidak bisa lewat, dan jalanan akan dibuka pada sore hari...aahhh ??? masa iya nungguin sampai sore ?? jadi saya putuskan untuk berjalan kaki di siang bolong dari desa Lembongan menuju desa Jungut Batu. Saat itu sekitar jam 11 siang, jadi matahari sudah cukup panas...uuuhhhh...Tapi saya tidak mau merusak liburan saya dengan marah - marah, saya menikmati setiap perjalanan saya menuju desa Jungut Batu. Setelah berjalan sekitar satu jam sampailah saya di desa Jungut Batu, dan saya langsung menuju villa untuk istirahat.

Oke istirahatnya sudah cukup, jadi sekarang adalah saatnya untuk menikmati keindahan alam pulau ini, yang saya lakukan pertama kali adalah snorkling. Untuk snorkling kita cukup membayar Rp. 100.000/orang



Setelah menikmati keindahan bawah laut pulau ini, pada sore hari saya jalan - jalan keliling desa Jungut Batu dan sekalian mencari rumah makan hehehe...dan akhirnya saya menemukan sebuah rumah makan yang letaknya di pinggir pantai, jadi saya bisa menikmati makanan sambil melihat keindahan pantai Jungut Batu.
Hari kedua pada hari minggu, sebelum kembali ke Denpasar, saya memutuskan untuk keliling Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, kali ini saya tidak berjalan kaki (gempor dong jalan kaki terus hehe...) saya menyewa sepeda motor dari penduduk lokal, dengan biaya Rp. 50.000/sepeda motor sepuasnya. Untuk menuju Nusa Ceningan tidak perlu menyebrang laut lagi, karena sudah ada jembatan yang menghubungkan antara Nusa Lembongan dengan Nusa Ceningan.

Setelah puas berkeliling Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan dan weekend pun telah usai, jadi saya harus mengakhiri trip kali ini dan kembali ke Denpasar. Walaupun trip kali ini sangat singkat hanya dua hari satu malam, tapi sangat berkesan.

Minggu, 22 Maret 2015

Rumah Pohon, Tulamben Karangasem

Sebelumnya saya pernah mendengar tentang rumah pohon yang ada di daerah Kubu Karangasem dan saya penasaran untuk mengunjungi rumah pohon tersebut. Jadi weekend kali ini, saya memutuskan untuk meng-explore Bali Timur khususnya Kecamatan Kubu Karangasem, cuaca hari ini juga sangat mendukung untuk jalan - jalan hehe... Dari kota Amlapura saya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam untuk sampai di rumah pohon tersebut, lama juga ya ? iyaa karena saya sempat bingung mencari alamatnya alias nyasar haha.... Ternyata rumah pohon tersebut terletak di kaki Gunung Agung, tepatnya di Batu Dawa Tulamben Kecamatan Kubu, Karangasem. Medan yang saya tempuh agar bisa mencapai tempat tujuan lumayan susah karena jalannya yang kecil dan harus melewati jalan tanjakan dan juga turunan, yaahhh namanya juga mau cari kaki gunung hehe....tapi semua tidak terasa karena pemandangan sepanjang perjalanan sangat luar biasa.
Sepanjang perjalanan saya sangat dimanjakan dengan pemandangan yang indah

Sampai di tempat tujuan, saya sudah melihat ada banyak pengunjung yang datang maklumlah hari ini adalah weekend. Untuk masuk kedalam kawasan rumah pohon tersebut saya harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 10.000 . Ternyata tidak hanya ada rumah pohon saja, tapi juga ada sebuah candi yang cukup besar dan pengunjung boleh naik keatas candi untuk melihat pemandangan. Pemandangannya sungguh luar biasa, saya bisa melihat lautan dan juga perbukitan, walaupun cuaca cerah bahkan tergolong panas tapi disana udaranya terasa sangat sejuk. Dengan pemandangan yang indah, udara yang sejuk, ditambah lelah setelah perjalanan jauh, maka terbitlah rasa lapar haha.... syukurnya disana terdapat pedagang makanan, jadi lengkaplah weekend saya kali ini hahahaa



Sabtu, 21 Maret 2015

Ogoh - Ogoh dan "Fire War" Nyepi Caka 1937 di Karangasem

Tahun ini Hari Raya Nyepi  Caka 1937 jatuh pada tanggal 21 Maret 2015. Sama seperti tahun - tahun sebelumnya, saya merayakan Nyepi di kota kelahiran tercinta di Karangasem, Bali Timur. Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan tahun baru Hindu. Sebelum Hari Raya Nyepi ada beberapa rangkaian upacara yang dilakukan oleh umat Hindu, khususnya di Bali, yaitu Melasti, Tawur Kesanga dan Pengrupukan. Pada saat Pengrupukan kemarin saya menyaksikan parade ogoh - ogoh yang dimulai jam 19.00 WITA



Seru sekali rasanya saat menonton parade ogoh - ogoh, apalagi bukan hanya orang dewasa saja yang mengarak ogoh - ogoh, anak kecil juga ada lho... :D 
eiittt bukan hanya parade ogoh - ogoh, kemarin juga ada parade sepeda motor hahahaa :P

Selain parade ogoh - ogoh, kemarin di Karangasem tepatnya di Desa Jasri ada sebuah tradisi yang disebut "Ter - teran" atau "Fire War". Tradisi Ter - teran biasanya dilakukan dua tahun sekali, alat yang digunakan adalah daun kelapa kering yang diikat. Pemainnya terdiri dari laki - laki tua maupun muda. Tradisi ini dimulai saat menjelang malam, listrik dipadamkan dan hanya menyisakan cahaya obor. Jika ada pemain yang terkena api, maka lukanya diperciki air tirta yang dimohonkan kepada Ida Bhatara (Tuhan). Pelaksanaan upacara Ter - teran dipercaya oleh masyarakat dapat mengusir roh -roh jahat atau bhuta kala agar kembali ke laut atau ke alamnya.





 

Senin, 16 Maret 2015

Effectiveness of Education Method Using Media Puppets and Stories of Compliance Preschool Children Doing Hand Washing



EFEKTIFITAS PEMBERIAN METODE EDUKASI MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA DAN CERITA TERHADAP KEPATUHAN ANAK USIA PRASEKOLAH MELAKUKAN CUCI TANGAN

Effectiveness of Education Method Using Media Puppets and Stories of Compliance Preschool Children Doing Hand Washing

Ni Made Ayuni Candra Widayanti¹, I Wayan Suardana², I Made Suja³
¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali¹
²Poltekkes Denpasar²
³RSUD Sanjiwani Gianyar³
Jl. Kecak no. 9A Gatot Subroto Timur, Denpasar-Bali, 80239, e-mail: stikes_wikabali@yahoo.co.id

ABSTRAK
      Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja yang berlangsung saling berikatan dan berkesinambungan. Selain perkembangan fisik, masa anak-anak merupakan periode yang baik dalam pembentukan perilaku, bentuk dari perilaku yang harus dikembangkan adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) salah satunya adalah cuci tangan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektifitas metode edukasi menggunakan boneka dan cerita terhadap peningkatan kepatuhan melakukan cuci tangan anak usia prasekolah di TK Kemala Bhayangkari. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasy experimental dengan pendekatan pre test – post test design with comparison group yang dilakukan pada 54 sampel yang dibagi menjadi kelompok boneka tangan 27 orang dan kelompok cerita 27 orang yang diambil dengan teknik systematic random sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kepatuhan. Hasil uji Mann Whitney U-Test  diketahui nilai p = 0,000 (p<0,05) sehingga H1 diterima dan Ho ditolak yang artinya metode edukasi menggunakan media boneka dan cerita efektif terhadap kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan di TK Kemala Bhayangkari Amlapura 2014. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada pihak sekolah untuk selalu memberikan health education tentang cuci tangan dengan metode edukasi menggunakan media boneka dan cerita.

Kata Kunci : Edukasi media boneka, cerita, kepatuhan, cuci tangan

ABSTRACT
      
Children have a unique characteristic that is always growing and evolving since the time of conception until the end of adolescence are linked to each other and continuous underway. In addition to physical development, childhood is a good period in the formation of behavior, forms of behavior that should be developed is a Clean and Healthy Behaviors (PHBS) one of which is hand washing. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of educational methods using puppets and stories to increase hand washing compliance do preschool children in kindergarten Kemala Bhayangkari. This study used an research design approach quasy experimental pre test - post test design with comparison group were performed on 54 samples were divided into groups of 27 people hand puppets and story group 27 people were taken by systematic random sampling technique. Method of data collection is done by using the observation sheet compliance. Results of Mann Whitney U-Test p = 0,000 known values ​​(p <0,05) so that H1 is accepted and Ho is rejected which means educational method using puppet and story media effectively to compliance preschoolers doing hand washing in kindergarten Kemala Bhayangkari Amlapura 2014. Based on these results, it is suggested to the school to always provide health education on hand washing with educational methods using media puppets and stories.

Keywords : Educational Media Puppets, Story, Compliance, Hand Washing 
 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat Korespondensi                : Amlapura, Bali
Email                                        : candrayuni@ymail.com


PENDAHULUAN

      Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja yang berlangsung saling berikatan dan berkesinambungan. Walaupun terdapat beberapa variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan berkesinambungan dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati (Yusuf, 2010). Perkembangan individu yang sangat pesat terjadi pada masa awal anak-anak yaitu dari akhir masa bayi hingga usia kira-kira 5 sampai 6 tahun (Santrock,2002), maka masa ini disebut sebagai masa keemasan (golden period) dan jendela kesempatan (window of opportunity) (Depkes, 2005).

      Memasuki masa prasekolah pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Keterampilan motorik, seperti berjalan, berlari, melompat menjadi semakin luwes, tetapi otot dan tulang belum begitu sempurna (IDAI, 2002). Selain perkembangan fisik, masa anak-anak merupakan periode yang baik dalam pembentukan perilaku. Bentuk dari perilaku yang harus dikembangkan adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), salah satunya adalah cuci tangan.
     
      Anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu di jaga kesehatannya, sehingga anak berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sekolah juga diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya memberdayakan untuk menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jumlah usia anak sekolah yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Lingkungan sekolah yang sehat akan meningkatkan kualitas para siswa dan siswi yang akan menjadi contoh dan panutan bagi masyarakat disekitarnya untuk hidup sehat (Triwiyanto, 2008). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat / Health Promoting School (sekolah yang mempromosikan kesehatan).

      Perilaku juga memegang peranan penting dalam mempengaruhi kepatuhan anak dalam mencuci tangan. Perilaku mencakup tiga domain utama yaitu  pengetahuan, sikap, dan tindakan (Notoatmodjo, 2006). Pengetahuan yang baik tentang suatu prosedur dapat menciptakan perilaku yang baik dan mampu mewujudkan kepatuhan.  Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijadarminto, 2003).

      Salah satu masalah yang sering timbul akibat tidak melakukan cuci tangan dengan benar adalah diare. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak. Berdasarkan hasil survey Subdit Surveilans dan Respon KLB Dirjen PP dan PL data tahun 2009 kasus KLB diare sebanyak 3.037 kasus kematian sebanyak 21 kasus (CFR 0,69%), sedangkan pada tahun 2010 terdapat kasus KLB diare sebanyak 2.580 dengan kematian sebesar 77 kasus (CFR 2,98%) (Kemenkes RI, 2011). Menurut Kemenkes RI (2012), jumlah kasus diare pada tahun 2011 di Bali sebanyak 149.448 orang.

      Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit, oleh karena itu sangat penting untuk diketahui dan diingat bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku sehat yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare. Mencuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun atau air. Tujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme (Tietjen dalam Wulandari, 2010).

      Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 20 Maret 2014  pada kelas B di TK Kemala Bhayangkari Amlapura masih melihat adanya kesenjangan yaitu menemukan 5 dari 10 anak usia prasekolah yang tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, dan setelah bermain. Peneliti juga melakukan wawancara dengan 10 siswa di TK Kemala Bhayangkari Amlapura, diperoleh bahwa lebih dari 50% siswa tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun setelah bermain, alasannya siswa menganggap tangannya tidak kotor, selain itu siswa juga tidak mengetahui cara cuci tangan yang baik dan benar, dan waktu yang tepat untuk mencuci tangan. Metode edukasi yang pernah diberikan kepada anak usia prasekolah pada kelas B di TK Kemala Bhayangkari Amlapura sebelumnya adalah metode edukasi dengan media ceramah. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas pemberian metode edukasi menggunakan media boneka tangan dan cerita terhadap kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan di TK Kemala Bhayangkari Amlapura.

BAHAN DAN METODE

Rancangan Penelitian

      Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasy experimental dengan pendekatan pre test-post test design with comparison group.



Populasi dan Sampel

      Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh siswa di TK Kemala Bhayangkari Amlapura. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas B sebanyak 78 orang yang berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan metode systematic random sampling.

Tempat dan Waktu Penelitian

      Penelitian ini dilakukan di TK Kemala Bhayangkari Amlapura pada bulan Mei

Instrumen Penelitian

      Intrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu lembar observasi kepatuhan yang dirancang sendiri oleh peneliti sesuai dengan konsep teori tentang cuci tangan.

Prosedur Pengumpulan Data dan Analisa Data

      Setelah mendapatkan persetujuan kemudian peneliti melakukan observasi kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan (pretest), kemudian peneliti memberikan metode edukasi menggunakan media boneka pada kelompok boneka, dan media cerita pada kelompok cerita selama dua kali seminggu selama satu bulan. setelah diberikan metode edukasi cuci tangan, lalu dilakukan observasi kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan (posttest).

      Data yang terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks pengumpulan data dan kemudian dilakukan analisis data. Untuk menganalisa kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan pada kelompok boneka dan kelompok cerita sebelum dan sesudah diberikan metode edukasi cuci tangan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat signifikansi < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Efektifitas pemberian metode edukasi menggunakan media boneka dan cerita terhadap kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan dianalisa menggunakan uji statistik Mann Whitney U-Test, dengan tingkat signifikansi p < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.

HASIL PENELITIAN

      Hasil perubahan tingkat kepatuhan cuci tangan pada kelompok boneka dan hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.
Gambaran Perubahan Tingkat Kepatuhan Cuci Tangan dan Hasil Uji Statistik Wilcoxon Signed Rank Test Efektifitas Pemberian Metode Edukasi Menggunakan Media Boneka Terhadap Kepatuhan Anak Usia Prasekolah Melakukam Cuci Tangan di TK Kemala Bhayangkari Tahun 2014
No
Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan
Pretest
Postest
f
%
f
%
1
Patuh
3
11
27
100
2
Kurang Patuh
23
85
0
0
3
Tidak Patuh
1
4
0
0

Total
27
100
27
100

Post_Boneka - Pre_Boneka
Z
-4.554a
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000

      Berdasarkan data di atas pada penilaian awal (pretest) pada kelompok boneka sebelum diberikan edukasi menggunakan media boneka ditemukan hasil dari 27 responden sebanyak 23 (85%) responden tergolong kurang patuh. Setelah diberikan metode edukasi cuci tangan, kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan mengalami peningkatan yang signifikan yang terlihat pada meningkatnya jumlah anak dengan tingkat kepatuhan yang tergolong patuh menjadi 27 (100%) responden. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test yang diperoleh pada tingkat kemaknaan α=0,05% dengan nilai (p) yang diperoleh sebesar 0,000; (nilai p< 0,05) maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara edukasi menggunakan media boneka terhadap kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan di TK Kemala Bhayangkari Amlapura 2014

      Hasil perubahan tingkat kepatuhan cuci tangan pada kelompok cerita dan hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.
Gambaran Perubahan Tingkat Kepatuhan Cuci Tangan dan Hasil Uji Statistik Wilcoxon Signed Rank Test Efektifitas Pemberian Metode Edukasi Menggunakan Media Cerita Terhadap Kepatuhan Anak Usia Prasekolah Melakukam Cuci Tangan di TK Kemala Bhayangkari Tahun 2014

No
Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan
Pretest
Postest
f
%
f
%
1
Patuh
0
0
21
56
2
Kurang Patuh
27
100
6
44
Total
27
100
27
100

Post_Cerita - Pre_Cerita
Z
-4.520a
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000

      Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa penilaian awal pada kelompok cerita, semua responden memiliki tingkat kepatuhan yang tergolong kurang patuh yaitu sebanyak 27 (100%) responden. Setelah diberikan metode edukasi cuci tangan, kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan mengalami peningkatan yang signifikan yang terlihat pada meningkatnya jumlah anak dengan tingkat kepatuhan yang tergolong patuh menjadi 21 (56%) responden. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh hasil pada tingkat kemaknaan α = 0,05%, dengan nilai (p) yang diperoleh sebesar 0,000 dengan demikian Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada perubahan yang signifikan antara nilai pretest dengan posttest pada kelompok cerita.
      Teknik analisa data yang digunakan untuk uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann Whitney U-Test. Analisa data dilakukan untuk mengetahui efektifitas pemberian metode edukasi menggunakan media boneka dan cerita terhadap kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan yang diukur dengan observasi. Hasil uji statistik dapat dilihat dalam tabel 3

Tabel 3.
Gambaran Perubahan Tingkat Kepatuhan Cuci Tangan dan Hasil Uji Statistik Mann Whitney U-Test Efektifitas Pemberian Metode Edukasi Menggunakan Media Boneka dan Cerita Terhadap Kepatuhan Anak Usia Prasekolah Melakukam Cuci Tangan di TK Kemala Bhayangkari Tahun 2014

Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan
Kelompok Cerita
Kelompok Boneka
Pretest
Postest
Pretest
Postest
Patuh
0
21
3
27
Kurang Patuh
27
6
23
0
Tidak Patuh
0
0
1
0
Jumlah
27
27
27
27

Skor
Mann-Whitney U
23.000
Wilcoxon W
401.000
Z
-5.967
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000

      Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 27 sampel anak yang diteliti sebelum diberikan edukasi menggunakan media boneka pada kelompok boneka, diketahui bahwa tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan yang tergolong kurang patuh sebanyak 23 responden. Kelompok cerita yang juga terdiri dari 27 sampel anak, tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan yang tergolong kurang patuh yaitu sebanyak 27 responden. Setelah diberikan edukasi menggunakan media boneka pada kelompok boneka yaitu 27 sampel anak yang diteliti, diketahui bahwa semua responden memiliki tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan yang tergolong patuh dengan jumlah 27 responden. Dari 27 sampel anak pada kelompok cerita sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan yang tergolong patuh dengan jumlah 21 responden. Hasil uji statistik Mann Whitney U-Test diperoleh hasil pada tingkat kemaknaan α=0,05 dengan nilai (p) yang diperoleh sebesar 0,000 dengan demikian H1 diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi menggunakan media boneka dan media cerita efektif terhadap peningkatan kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan. Nilai rata-rata eksperimen menggunakan media boneka lebih tinggi daripada menggunakan media cerita, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media boneka lebih efektif digunakan sebagai metode edukasi cuci tangan daripada menggunakan media cerita.


PEMBAHASAN

      Berdasarkan data yang diperoleh melalui analisis bivariat diketahui bahwa hasil pretest dari 27 responden pada kelompok boneka yang diteliti sebelum diberikan edukasi menggunakan boneka 23 (85%) responden dengan tingkat kepatuhan yang tergolong kurang patuh. Pengukuran tingkat kepatuhan pada kelompok cerita didapatkan data bahwa semua responden tingkat kepatuhannya tergolong kurang patuh yaitu 27 (100%) responden. Hasil pengukuran posttest menunjukkan bahwa kepatuhan melakukan cuci tangan pada anak usia prasekolah terlihat mengalami peningkatan yang signifikan yaitu jumlah anak yang tingkat kepatuhan tergolong patuh menjadi 27 (100%) responden. Hasil pada kelompok cerita didapatkan data bahwa tingkat kepatuhan yang tergolong patuh menjadi 21 (56%) responden. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti beropini bahwa kurangnya pendidikan kesehatan dengan metode baru yang menarik tentang cuci tangan mempengaruhi tingkat kepatuhan cuci tangan pada anak usia prasekolah. Bukti tersebut dapat dilihat dari tingkat kepatuhan anak yang mengalami perubahan pada kelompok cerita hanya 21 responden. Perubahan ini sangat berbeda dengan perubahan yang terjadi pada kelompok boneka yang mendapatkan edukasi menggunakan media boneka yang terjadi sebanyak 27 responden. Efektifitas pemberian metode edukasi menggunakan media boneka dan cerita telah dilakukan uji statistik Mann Whitney U-Test pada tingkat kemaknaan α=0,05 dengan nilai (p) yang diperoleh sebesar 0,000. Hasil analisis tersebut menunjukkan pemberian metode edukasi menggunakan media boneka dan cerita efektif terhadap peningkatan kepatuhan melakukan cuci tangan pada anak usia prasekolah di TK Kemala Bhayangkari Amlapura Tahun 2014. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) yang mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan salah satunya adalah adanya faktor pendukung (enabling factor), faktor pendukung yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pendukung merupakan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya pemberian metode edukasi baru yang efektif sebagai sarana untuk meningkatkan kepatuhan melakukan cuci tangan dan penyediaan sabun dan air bersih untuk mencuci tangan. penelitian yang telah dilakukan Vivianita (2012) didapatkan data pretest dan postest pada kelompok penyuluhan kesehatan menggunakan metode cerita boneka tangan. Setelah dilakukan uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,000 sehingga penggunaan metode cerita boneka tangan efektif untuk digunakan sebagai penyuluhan kesehatan karena terjadi peningkatan keterampilan gosok gigi. Melalui metode cerita menggunakan boneka tangan anak diajak berkomunikasi, berfantasi, berkhayal, dan mengembangkan kognisinya, cerita bisa menjadi metode pembelajaran yang menyenangkan karena selain berisi hiburan (entertaint), cerita juga menjadi metode pembelajaran yang tidak menggurui dan fleksibel sehingga materi penyuluhan yang disampaikan akan mudah diserap oleh anak usia 4-6 tahun.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

      Berdasarkan hasil penelitian terhadap 54 responden yaitu 27 responden sebagai kelompok boneka dan 27 responden sebagai kelompok cerita di TK Kemala Bhayangkari Amlapura tentang efektifitas pemberian metode edukasi menggunakan media boneka dan cerita terhadap kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan dapat disimpulkan berdasarkan hasil penelitian dari 54 orang yang diteliti, setelah diberikan edukasi cuci tangan menggunakan media boneka jumlah anak yang tingkat kepatuhannya tergolong patuh menjadi 27 responden. Pada kelompok cerita dari 27 responden hanya 21 anak yang tingkat kepatuhannya menjadi patuh. Hasil uji statistik pada kelompok boneka dan kelompok cerita dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test pada tingkat kemaknaan α=0,05 dengan nilai (p) yang diperoleh sebesar 0,000 dengan demikian Ho ditolak, hal ini menunjukkan ada perubahan yang signifikan antara nilai pretest dengan posttest pada kelompok cerita maupun kelompok boneka. Hasil uji statistik Mann Whitney U-Test pada tingkat kemaknaan α=0,05 dengan nilai (p) yang diperoleh sebesar 0,000 dengan demikian H1 diterima dan Ho ditolak, hal ini menunjukkan bahwa edukasi menggunakan media boneka dan media cerita efektif terhadap peningkatan kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan. Nilai rata-rata eksperimen menggunakan media boneka lebih tinggi daripada menggunakan media cerita, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media boneka lebih efektif digunakan sebagai metode edukasi cuci tangan daripada menggunakan media cerita.

Saran

      Berdasarkan hasil penelitian di TK Kemala Bhayangkari Amlapura angka kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan masih dalam kategori kurang patuh, diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan health education atau penyuluhan kepada orang tua, pihak sekolah dan masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat terutama melakukan cuci tangan
Berdasarkan data yang didapatkan peneliti di TK Kemala Bhayangkari Amlapura angka kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan masih dalam kategori kurang patuh diharapkan pihak sekolah mampu menerapkan edukasi menggunakan media boneka secara teratur dan berkesinambungan dalam meningkatkan kepatuhan anak usia prasekolah melakukan cuci tangan dan mampu menerapkan SOP cuci tangan sebagai acuan dalam pelaksanaannya.

      Kepada peneliti selanjutnya, agar dapat mengoptimalkan pengukuran tingkat kepatuhan anak menggunakan lembar observasi kepatuhan dengan meningkatkan pendekatan pada anak, melibatkan peneliti pendamping, dan dapat mengendalikan faktor perancu untuk mengurangi bias dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Dirjen Binkesmas, DepKes RI

IDAI. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan 
Remaja. Edisi Pertama, Jakarta :
Sagung Seto

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2011. Situasi Diare di Indonesia.
Available : http://www.depkes.go.id//downloads/Buletin%20Diare_Final.pdf (30 Maret 2014)
______. 2012 . Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Notoatmodjo. 2006. Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Prinsip-prinsip dasar. Jakarta : Rineka Cipta
______. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Prijadarminto. (2003). Kepatuhan sebagai
suatu perilaku. Jakarta : CV Balai  Pustaka

Santrock, J.W. 2002. A Tropical Approuch to
Life-Span Development
Perkembangan Masa Hidup. Boston,
Mc. Graw Hill

WHO. 2009. Clean Hands Protection. 
Available http://www.who.int/gpsc/clean_hands_protection/en/  (1 April 2014)

Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya